Pada suatu hari, ketika saya selesai shalat zhuhur di suatu masjid, seorang ikhwan berbicara kepada saya, dengan dialog sebagai berikut :
Ikhwan :
“Syaikh, ana ingin bicara dengan antum”
Saya : “Ada
apa, antum tidak kerja?”
Ikhwan : “Ana
kerja, sekarang lagi sitirahat, nanti berangkat lagi.”
Saya : “Antum
sudah ada calon belum?”
Ikhwan : “Sudah
syaikh, ana sudah ada rencana pernikahan.”
Saya :
“Alhamdulillaah, ana baru akan tawarkan akhwat ke antum.”
Ikhwan : “Tapi
syaikh....”
Saya : “Tapi
apa..???”
Ikhwan :
“Karena inilah ana perlu antum untuk minta pendapat antum.”
Saya :
“Pendapat apa?”
Ikhwan :
“Begini syaikh, ana kenal dengan perempuan dan sudah dikenalkan kepada orang
tua dengan saudara – saudaranya, bahkan orang tua perempuan tersebut sudah
menyuruh kami menyegerakan pernikahan dan sudah ada rencana pernikahan.”
Saya : “Terus
..?”
Ikhwan : “Tapi,
dua hari yang lalu perempuannya telpon ana, dia cerita tentang masa lalunya dan
mengabarkan bahwa dia sudah tidak perawan lagi. Menurut antum bagaimana
syaikh?”
Saya :
”...........???” (Diam temenung, berpikir apa yang harus diucapkan agar tidak
menyinggung perasaan. Ikhwan ini memang sering saya tawarkan akhwat tapi sering
menolak dengan alasan masih kuliah. Kasihan juga, sekalinya kenal dengan perempuan,
seperti ini masalahnya.)
Saya : “Antum
sendiri bagaimana, masih ada perasaan dengan perempuan tersebut.”
Ikhwan : “Terus
terang syaikh, sebelum ana dapat kabar tentang masa lalunya, ana semangat
sekali, tapi setelah mendengar kabar masa lalunya yang sudah tidak perawan, ana
jadi down. Ditambah lagi perempuan tersebut shalatnya masih jarang dan kata
kakaknya masih suka bbman dengan mantan pacarnya. Ana jadi tidak semangat
lagi.”
Saya :
“Pakaiannya sudah rapi belum?”
Ikhwan : “Belum
begitu rapi syaikh, masih pakai jilbab biasa.” (Saya diperlihatkan foto
perempuannya).
Saya : “Antum
pernah pacaran?”
Ikhwan : “Tidak
pernah syaikh.”
Saya : “Menurut
ana sih, jika antum sudah tidak semangat dan tidak pernah pacaran, antum segera
kasih keputusan kepada perempuan tersebut. Katakan baik – baik bahwa mungkin
antum belum jodoh dengan dia. Sebaiknya antum cari akhwat yang benar – benar
baik dan sudah rapi karena antum nikah tidak hanya untuk antum sendiri tapi
untuk anak keturunan antum juga”
Ikhwan : “Ana
juga berpikir seperti itu syaikh, memikirkan anak juga. Apa perlu ana bicara
kepada orang tua perempuannya?”
Saya : “Orang
tua perempuan sudah tau belum kalau anaknya usdah tidak perawan lagi?”
Ikhwan : “Belum
syaikh?”
Saya : “Kalau
begitu, antum tidak perlu bicara kepada orang tuanya, biar nanti perempuan
tersebut yang bicara kepada orang tuanya.”
Ikhwan :
“Syukran syaikh. Ana berangkat kerja dulu ya.”
Selesai
dialog...
Beberapa bulan kemudian, ikhwan tersebut mengabarkan bahwa dia dan perempuanya telah bertemu dengan orang tua perempuan tersebut, mengabarkan tentang batalnya rencana pernikahan mereka dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Betapa terkejutnya orang perempuan mendengar cerita dari ikhwan tersebut. Orangtua perempuan tersebut hanya diam dan menangis ketika megetahui kondisi anak perempuannya.
Allaah telah mengabarkan kepada kita untuk direnungkan :
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (Q. S. An – Nuur : 3)
Ibnu Katsir
dalam tafsirnya, ketika menafsirkan ayat tersebut berkata :
ذهب
الإمام أحمد بن حنبل ، رحمه الله ، إلى أنه لا يصح العقد من الرجل العفيف على
المرأة البغي ما دامت كذلك حتى تستتاب ، فإن تابت صح العقد عليها وإلا فلا وكذلك
لا يصح تزويج المرأة الحرة العفيفة بالرجل الفاجر المسافح ، حتى يتوب توبة صحيحة
“Imam
Ahmad bin Hanbal berpendapat, sesunguhnya tidak sah 'aqad (pernikahan) lelaki
yang 'afif (menjaga diri) terhadap wanita yang buruk sampai wanita tersebut
bertaubat, jika wanita tersebut bertaubat maka sahlah 'aqadnya. Begitu pula
tidak sah 'aqad (pernikahan) seorang wanita merdeka yang 'afifah (menjaga diri)
dengan lelaki fajir/buruk yang suka menyentuh (wanita/berzina) sampai lelaki
tersebut bertaubat yang benar.”
Comments
Post a Comment