A. Makna Syi’ah
Raafidhah
1. Makna Syi’ah
a. Secara
Bahasa
Secara bahasa,
syi’ah bermakna :
- Suatu
kelompok dari manusia.
- Suatu kaum
yang bekrumpul pada suatu urusan.
- Mengikuti
seseorang dan menolongnya.
Kata syi’ah
terdapat pada Al-Qur’an dalam beberapa ayat yaitu :
Q. S.
As-Shaffaat : 83, Q.S. Al-Qashash : 15, Q.S Al-An’aam : 159
b. Secara
Istilah
Syi’ah yaitu
orang –orang yang mengikuti Ali – Radhiyallaahu ‘anhu – dan
mengutamakan/mendahulukannya dari shahabat –shahabat Rasuulullaah –
Shallallaahu ‘alaihi wasallam – yang lainnya.
Syi’ah juga
bermakna orang – orang yang mengaku/mengklaim mencintai Ahlul Bait (keluarg
Rasuulullaah) dan mensucikannya dengan sifatnya yang umum, mengaku berwala’
(loyal) kepada imam Ali dan keturunan sesudahnya dengan sifat-sifatnya yang
khusus.
2. Makna
Raafidhah
a. Secara
Bahasa
Secara bahasa,
raafidhah bermakna meninggalkan.
b. Secara
Istilah
Secara istilah,
raafidhah yaitu salah satu kelompok yang dinisbatkan kepada orang – orang yang mengikuti
Ahli Bait (Keluarga Rasuulullaah Shallallaahu ‘alaihi wasallam), bersamaan
dengan itu, mereka juga berlepas diri (meninggalkan) Abu Bakar As-Shiddiq dan
Umar – Radhiyallaahu ‘anhumaa – serta kebanyakan shahabat Rasuulullaah –
Shallallaahu ‘alaihi wasallam – kecuali sedikit dari mereka, juga mereka
(raafidhah) mengakfirkan dan mencela shahabat.
B. Perkembangan
Syi’ah
Ada beberapa pendapat
tentang perkembangan syi’ah, yang ringasnya adalah sebagai berikut :
1. Syi’ah tampak
di awal – awal zaman kenabian Rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
pada masanya, ketika beliau menyeru dakwah tauhid yang diiikuti Ali disisinya.
Pendapat ini
dikemukakan oleh Muhammad Husain Az-Zain dari ulama syi’ah dan selainnya,
An-Nuwaikhatiy, dan Al-Khumaini.
2. Syi’ah tampak
perang Jamal ketika saling berhadapan antara Ali, Thalhah dan Zubair.
Pendapat ini
dikemukakan oleh Ibnu Nadiim, ketika menyebut orang –orang yang jalan bersama
Ali dan mengikuti dinamakan dengan syi’ah pada watu itu.
3. Syi’ah
tampak pada perang Siffin.
Pendapat ini
kemukakan oleh ulama syi’ah seperti Al – Khawansari, Abu Hamzah, dan Abu Hatim.
Juga dikemukakan oleh ulama selain syai’ah seperti Ibnu Hazm dan Ahmad Amin.
4. Syi’ah
tampak setelah terbunuhnya Husain – radhiyallaahu ‘anhu –.
Pendapat ini
dikemukakan oleh seorang syi’ah bernama Kamal Mushthofa As-Syaibi.
5. Syi’ah
tampak pada masa akhir Ustman dan berkembang pada masa Ali.
C. Pendiri
Madzhab Raafidhah
Pendiri madzhab
raafidhah adalah Abdullaah bin Saba’, yang terkenal dipanggil dengan nama Ibnu
Sauda’ seorang Yahudi. Tentang Ibnu Saba’ yang berasal dari seorang Yahudi,
tidak ada perbedaan pendapat pada riwayat – riwayat sejarah, buku – buku
tentang kelompok dan pendapat ulama –ulama terdahulu seperti Thabari, Ibnu
Asakir, Ibnu Atsir, Ibnu Hazm, Ibnu Taymiyah, dan lebih utama lagi dari buku
–buku syi’ah sendiri.
Telah
disebutkan beberapa pendapat pada buku – buku sejarah tentang bahwa Abdullaah
bin Saba’ adalah pendiri madzhab raafidhah, di antaranya :
Imam At –
Thabari berkata : “Abdullaah bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang berasal dari
Shan’a.”
Al – Baghdadi
berkata : “Ibnu Sauda asalnya adalah seorang Yahudi.”
Ibnu Taymiyah
berkata : “Telah disebutkan oleh ahli ilmu bahwa sesungguhnya pendiri raafidhah
adalah seorang zindiq (munaafiq) bernama Abdullaah bin Saba’. Sesungguhnya
Abdullaah bin Saba’ menampakkan Islam dan batinnya Yahudi, dan meminta (kepada
orang Yahudi) untuk merusak Islam sebagaimana Paulus Nasrani yang berasal dari
Yahudi dalam merusak agama Nasrani.
Ibnu Saba’
pendiri madzhab raafidhah ini merupakan sesorang yang majhul nasabnya (tidak
diketahui asal – usul keturunannya), seperti para pemimpin organisai bawah
tanah Yahudi sepanjang sejarah. Ibnu Saba’ tidak diketahui nasabnya dari dua
sisi, yaitu sisi bapak dan sisi ibu.
Ketika
Abdullaah bin ‘Amr bertanya kepada Ibnu Saba’ tentang kejelasan identitasnya :
“Siapa kamu?”. Maka Abdullaah bin Saba’ menjawab bahwa dia adalah seorang laki
– laki dari Ahli Kitab yang bertujuan dalam masuk Islam di lingukungannya tanpa
menyebutkan namanya
Adapun
penisbatan Ibnu Saba’ adalah kepada ibunya, yaitu berasal dari ibu seorang
Habsyah (Euthopia), oleh karena itulah banyak penyebutan atasnya dengan sebutan
Ibnu Sauda’ (anak laki yang hitam).
Allaahu A’lam.
D. Daftar Pustaka
1. Ushuul
Madzhab Syi’ah Imaamiyah Itsna ‘Asyariyah ‘Aradh wa Naqd, Naashir bin Abdillaah
bin Ali Al – Qafaa ri.
2. Firaaq
Mu’aashirah Tantasibu Ilal Islam wa Bayaan Mauqif Al – Islaam Minhaa, Ghaalib
bin ‘Ali ‘Awaajiy.
3. Al –
Intishaaru Lilshuhbi wal Aali Min Iftiraa aat As – Samaawi Ad – Dhaal, Ibrahim
bin’Amir Ar – Ruhaili.
Comments
Post a Comment